Pages - Menu

20 January 2019

Cara Membuat Kartu Keluarga (KK) dan e-KTP Baru Setelah Menikah

Assalamualaikum bifellas...

Setelah menikah dan menjadi sebuah keluarga kecil, kita punya kewajiban untuk ngurus Kartu Keluarga dan KTP baru karena terdapat beberapa perubahan data di dalamnya. Tapi kalau udah ngomongin urus surat beginian, bawaannya males duluan enggak sih? kebayang ribetnya mesti kesana kesini dan lama prosesnya. Hal ini salah satunya yang membuat jasa calo lebih banyak dipilih ketimbang urus sendiri. Aku dan suami baru bikin Kartu Keluarga dan KTP baru sekitar satu tahun sejak kami menikah, karena sebelumnya suami super sibuk, hanya libur di hari weekend. Jadi begitu udah agak longgar waktunya baru deh kita langsung urus. Aku akan share alur dan prosesnya di sini, yang mana kami urus ini melalui jalur normal alias enggak pake calo atau lewat jalur 'belakang' yaa temen-temen.

Membuat KTP dan KK baru setelah menikah

Suamiku berasal dari Kota Cilegon, aku Kabupaten Tangerang. Setelah menikah kami tinggal di Kabupaten Tangerang. Suami harus urus surat pindah terlebih dahulu dari Cilegon, semacam cabut berkas gitu. Prosesnya minta surat pindah domisili dari RT RW ke Kelurahan, lalu Kecamatan hingga Disdukcapil (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil). Setelah itu diberikan surat keterangan pindah yang dikeluarkan oleh Disdukcapil Kota Cilegon. Biaya gratis. Sampai disini proses di Cilegon selesai.

Maret 2018, di Tangerang, aku urus berkas dari RT ke RW, minta surat keterangan untuk bikin Kartu Keluarga baru. Setelah itu ke Kelurahan. Di kelurahan ternyata suamiku diminta surat pindah dari Disdukcapil Kabupaten Tangerang. Akhirnya aku dan suami langsung menuju kantor Disdukcapil pagi itu juga. Jadi harusnya setelah selesai proses di Cilegon, suamiku langsung ke Disdukcapil Kabupaten Tangerang yang ada di Tigaraksa, setelah dapet surat dari sini baru ke Kelurahan. Aku dan suami sampai di kantor Disdukcapil sekitar pukul 11 siang. Kami langsung menuju loket ujung yang ada di ruang tengah, petugasnya bapak-bapak. Enggak ada nomor antrian di sini, sistemnya siapa cepat dia dapat aja. Untungnya di loket itu enggak begitu penuh, kontras sekali dengan loket antrian e-KTP. hoho.. Suratnya langsung jadi, setelah nyerahin seluruh berkas (surat pindah dari Cilegon dan e-KTP lama) hanya nunggu beberapa menit sebenarnya. Namun karena aku datang jam 11an, yang mana udah mau masuk jam istirahat siang, jadi kepotong sampai jam 1an, hampir setengah dua malahan baru jadi. Untuk di Disdukcapil ini enggak ngeluarin biaya apapun, kecuali parkir kendaraan aja, hehe.

Setelah selesai dari Tigaraksa, kita langsung balik lagi ke kelurahan. Dengan kecepatan penuh karena takut udah tutup, akhirnya jam dua lewat sampai di Kelurahan. Alhamdulillah masih ada orang, bisa langsung diurus. Di sini kita isi form Kartu Keluarga yang baru, manual isinya. Harus hati-hati jangan sampai ada isian yang salah karena nanti bakal repot lagi ubah datanya. Enggak lama di Kelurahan, langsung pergi lagi menuju Kecamatan. Jaraknya enggak jauh sekitar 5-10 menit dari Kelurahan, apalagi kalau dari rumah tinggal jalan sekitar 100 meter sampe. hehe.. Aku sampai di Kecamatan jam tiga kurang sedikit. Terlihat dari luar Kantor Kecamatan udah sepi banget. Feelingnya, apa udah tutup ya jam segini? masih jam 3 kurang loh. Begitu masuk, bener aja udah tinggal satu orang bapak dan dua anak PKL. Langsung aku berikan seluruh berkas dari kantor kelurahan tadi dan bilang mau buat Kartu Keluarga dan e-KTP baru. Awalnya bapak tersebut seperti 'ogah' menerima berkas kami karena alasan sudah capek dan mau tutup. Namun akhirnya beliau mau juga menerima berkas tersebut. Kami diberi kertas keterangan bahwa KK akan jadi sekitar dua minggu, sedangkan e-KTP sekitar satu bulan. Perjuangan hari ini alhamdulillah selesai di kantor kecamatan. Oiya untuk di kantor kecamatan ini gratis.

Sekitar tiga minggu berlalu, suami mencoba datang ke Kantor Kecamatan kembali untuk cek apakah Kartu keluarga nya sudah jadi atau belum. Ternyata sudah jadi! Hore... punya resmi punya Kartu Keluarga deh sekarang. Tinggal e-KTP nih belum jadi. Kata suami waktu di kantor kecamatan tadi banyak juga warga yang menanyakan e-KTP, udah lama tapi belum jadi juga. Wah alamat bakal lama juga nih... dan bener akhirnya waktu kembali ke kantor kecamatan buat nanyain e-KTP belum jadi juga, katanya lagi enggak ada blangko. Jadi kita dikasih Surat Pengganti e-KTP sementara yang dicetak di kertas HVS terus ditandangani oleh pihak Kecamatan. Masa berlakunya tiga bulan, kalau lewat dari itu KTP nya belum jadi juga bisa terus diperpanjang suratnya. Karena takut surat penting itu basah atau lecek, jadi kita laminating dan fotocopy yang banyak deh suratnya.

Jadwal membuat KTP di kabupaten Tangerang

Sebulan, dua bulan berlalu, sampai September 2018, suami penasaran masa KTP belum jadi jadi juga sih, akhirnya dia dateng lagi ke Kantor Kecamatan. Kata petugasnya disuruh langsung ke Disdukcapil aja bikin disana langsung. What?! Udah nunggu berbulan-bulan gini akhirnya disuruh ke Disdukcapil langsung? Kenapa enggak bilang aja dari pertama bikin langsung ke Tigaraksa? kesel plus sedih sih. Jadi buang buang waktu untuk hal yang ternyata nihil. Akhirnya siang itu juga aku dan suami langsung ke Disdukcapil Kabupaten Tangerang lagi. Ternyata di Disdukcapil sudah ada jadwal pembagian layanan per kecamatan, untuk Kecamatan Pasar Kemis di hari rabu. Untungnya kami datang pas di hari rabu. Tapi lama-lama kok jadi aneh ya, di bagian loket lain ada yang dilayani juga walaupun bukan dari kecamatan yang tertera di tabel tersebut. Jadi mikir lagi, ini beneran diaplikasiin enggak ya aturannya? hhmm.. tapi yauda lah ya yang penting aku dan suami udah dateng di hari yang tepat. Kita dateng cuma bawa Surat Pengganti KTP sementara yang asli dan fotocopy, dapet nomor antrian sampai 200 sekian. Aku kira bakal dapet langsung KTP nya dong, masa udah antri sampe ratusan orang enggak dapet juga. Ketika dipanggil ke loket aku menyerahkan surat asli dan fotocopy itu. Yang fotocopy nya dikasih stempel tanggal terus dikembaliin lagi ke kami. Petugasnya minta nomor telepon yang bisa dihubungi, dicatat pada Surat Pengganti yang asli tersebut. Lalu katanya, "ditunggu ya mbak nanti kalau sudah jadi diSMS ke nomor tersebut, pastikan aktif ya nomornya". Ternyata kami harus nunggu lagi tanpa kepastian kapan jadinya?! hufth....

Bulan berikutnya, Oktober 2018, kami mencoba datang kembali ke Disdukcapil dengan harapan semoga udah bisa jadi eKTP nya. Di meja registrasi pertama aku bilang mau ambil KTP, sambil menyodorkan surat yang ada cap tanggal nya tersebut, tanggalnya 12 September 2018. Petugasnya bilang, "ini yang baru diSMS sampai awal Agustus mba, jadi belum bisa". Hmmm... satu bulan berlalu belum selesai juga temen-temen. Yauda enggak sampai lima menit di Disdukcapil aku pulang lagi. 

Desember 2018, sekalian urus BPJS di Tigaraksa, kami mampir ke Disdukcapil lagi. Berarti ini udah ke empat kalinya kami bolak-balik. Dengan rasa pasrah akankah e-KTP jadi atau enggak, kami menuju meja registrasi. Ada dua orang perempuan yang berjaga di sana. Kami menyerahkan surat fotocopy pengganti ktp yang kami punya. Langsung diterima dan ibu petugasnya bilang "ditunggu ya nanti dipanggil namanya" tanpa nanya udah diSMS belum mbak?. Alhamdulillah... sedikit lega, ada kemungkinan bisa jadi hari ini juga. Tapi yang jadi masalah, kita enggak tau sampai kapan atau jam berapa kita nunggunya?! 1 jam 2 jam 3 jam atau lebih? sambil ngobrol-ngobrol dengan warga lain, ternyata ada ibu yang udah dateng dari jam 8an belum dipanggil juga, saat itu sekitar jam setengah 10. Perkiraan awal bisa sampai lewat dzuhur nih nunggunya. Tiba-tiba enggak lama kemudian ibu tersebut dipanggil, udah jadi e-KTP nya. Terlihat seneng banget wajahnya begitu kembali dari loket. Mungkin ibu tersebut juga perjuangannya panjang untuk dapat sebuah kartu warga negara alias KTP. Setelah itu aku perkirakan berarti sekitar satu setengah sampai dua jam nunggunya. Bener nih temen-temen, sekitar jam 11an namaku dipanggil, berdua dengan suami. Alhamdulillah... e-KTP baru udah jadi, dengan perubahan data alamat dan status, hehe.. Rasanya bersyukur banget. Seneng, lega, setelah 9 bulan berjuang bolak balik demi sebuah kartu akhirnya selesai juga, udah plong bisa punya e-KTP lagi, jadi kalau ngurus apa-apa enggak repot lagi. 

Itu tadi pengalaman aku membuat e-KTP dengan jalur normal teman-teman, cukup panjang dan melelahkan. Alhamdulillah aku bisa selesai selama 9 bulan, dari yang aku baca di media sosial ada yang bahkan sampai setahun dua tahun belum jadi juga. Saran dari aku kalau mau 'agak cepet' mending langsung aja begitu dari Kecamatan dapet surat pengganti KTP sementara, langsung deh ke Disdukcapil. Aku mungkin termasuk salah satu yang beruntung waktu itu karena beberapa hari kemudian, aku lihat postingan instagram di salah satu media sosial bahwa di Disdukcapil antrinya panjang bangeeetttt, berdiri pula. Mungkin sistemnya udah berubah lagi karena waktu aku kesana enggak pake antri berdiri, tinggal ke meja registrasi, terus nunggu sambil duduk-duduk atau makan cemilan di warung sekitar. Semoga semakin kesini, semakin baik ya sistemnya. Semoga semakin cepat proses pelayanan publik di Indonesia tercinta ini. Aamiin....

Love,


04 January 2019

Hotel Murah di Jogja Cuma 90 ribuan Bebas Check in Kapanpun [Review The Cabin Hotel]

Hotel murah di dekat Malioboro Jogja yang harganya cuma 100ribuan ada nggak ya? Let's check this out...
Assalamualaikum bifellas,

Setelah post kemarin aku bahas tentang salah satu hotel instagramable di Jogja, kali ini sesuai janji aku akan bahas tentang salah satu hotel yang super murah di Jogjakarta, tepatnya di dekat kawasan Malioboro yang juga dengan stasiun tugu Yogyakarta, yaitu The Cabin Hotel.


Berawal dari iseng-iseng searching google tentang hotel transit di Jogja, keluarlah nama The Cabin Hotel. Aku cari hotel transit karena jadwal kereta yang aku tumpangi sampai di Jogja pada subuh sekitar jam 4 pagi, sedangkan waktu check in hotel yang sebelumnya sudah aku booked baru bisa masuk jam 2 siang. Jadi dari subuh sampai siang aku enggak ada tempat untuk taruh barang ataupun istirahat sebelum explore Jogja. Terlebih mata udah sepet banget gegara di kereta tidurnya enggak nyenyak, malah suami yg pules tidurnya, hahaha. Aku kepoin The Cabin Hotel via web dan juga sosial media, ternyata mereka punya tiga cabang di Jogja, yaitu The Cabin Hotel Gandekan, The Cabin Hotel Sutomo, dan The Cabin Hotel Bhayangkara. Salah satunya yang paling dekat dengan stasiun tugu yaitu The Cabin Hotel Gandekan.

THE CABIN HOTEL GANDEKAN JOGJAKARTA

Sesampainya di Jogja, aku dan suami langsung menuju ke The Cabin Hotel Gandekan. Ternyata beneran deket, enggak sampai satu kilometer, kalau jalan kaki kayaknya cuma sekitar 500 meter deh. Bisa dibilang ini strategis banget, dekat Malioboro, Stasiun, Hotel Ibis Style Jogja, dan tempat oleh-oleh Bakpia Patok 25. Nampak dari luar bangunan hotel ini enggak begitu besar, tapi ternyata di dalamnya ada lumayan banyak kamar yang tersedia sampai lantai 3. Di lantai 4 merupakan rooftop skylounge tempat makan dan bersantai. Di Lobi ada resepsionis yang berjaga 24 jam. Jadi jam berapapun kita bisa masuk atau keluar. 


The Cabin Hotel memiliki sistem check in dan check out yang berbeda dengan hotel pada umumnya, dimana tamu baru diperbolehkan check in sekitar jam 2 siang dan harus check out maksimal jam 12 siang. Di sini kita bisa check in dan check out kapanpun, bebas, enggak ada waktunya. Mau masuk jam 5 pagi boleh, jam 12 siang boleh, jam 10 malam pun boleh juga. Fleksibel deh pokoknya. Ditambah lagi kita bisa menentukan mau stay berapa lama, mau 8 jam aja? Bisa.. nanti dihitungnya tarif yang 8 jam, bukan 1 hari seperti hitungan pada sistem hotel konvensional. Jadi kita bayar sesuai waktu yang kita gunakan. Buat aku sih ini efektif dan best saving banget, apalagi buat para backpacker.

TIPE KAMAR

The Cabin Hotel Gandekan Jogja memiliki tiga tipe kamar, yaitu Small Cabin (Fan), Small Cabin (AC), dan Big Cabin. Untuk small cabin sesuai namanya ukuran kamar ini beneran kecil. Hanya sekitar 2 x 3 m, menggunakan dua kasur ukuran 90 cm (kasur atas dan bawah). Walaupun kecil, bisa nginep berdua di dalam sini. Lumayankan bisa patungan bayarnya? :D. Untuk yang tipe small cabin fan harganya lebih murah karena hanya pakai kipas angin, berbeda sedikit dengan yang small cabin ac. Sedangkan untuk tipe Big Cabin bisa menampung hingga 3 orang dengan ukuran kasur pertama 120 cm dan kasur kedua 90 cm. Di The Cabin Hotel Gandekan ini kamar mandinya tipe shared bathroom alias di luar kamar. Tiap lantai punya 4 kamar mandi. Menurutku sih ini lebih dari cukup karena ketika aku kesana di hari weekend, kita masih bisa leluasa pakai kamar mandi. Enggak ada yang namanya antri nungguin orang mandi atau buang air, hoho..


Aku stay di kamar tipe Small Cabin (AC) dengan durasi 8 jam, dari sekitar jam 6 pagi sampai jam 2 siang. Overall, cukup untuk istirahat sebentar dan mandi biar bisa keliling Jogja dengan kondisi yang segar lag. 

FASILITAS HOTEL

Walaupun hotel ini tipenya hotel transit, tapi The Cabin Hotel punya fasilitas yang enggak kalah lengkap. Ada wi-fi (kecepatannya masih bisa dibilang baik), pakai latex bed, ada tv di dalam kamar, dapet air mineral dan tissu ketika check in, dapet sarapan, ada dispenser air yang bebas kita gunakan, kamar mandi pakai shower, tersedia air hangat dan dingin unuk mandi, ada sabun shampo gratis, dan disediakan juga handuk. Minusnya enggak disediakan dental kit, jadi kalau mau gosok gigi harus bawa atau beli sendiri.

 




Lingkungan hotelnya sendiri bersih, wangi, dan nyaman untuk ditempati. Kalau laper di sekitar hotel ada warung makan, atau kamu bisa beli makanan riangan di lobi. Harganya masih masuk akal kok, hampir sama dengan harga minimarket.

HARGA TARIF INAP

Jika menginap di weekday, dengan harga mulai dari Rp. 95.000 aja kita bisa stay disini. Untuk hari weekend, tarifnya berbeda, sedikit lebih mahal mulai dari Rp. 115.000. Tapi masih sangat super aman di kantong kan? Apalagi kalao nginepnya barengan, berdua atau bertiga misalnya, cukup patungan mulai dari 50 ribu rupiah aja. Biaya inap lengkapnya ada di pict berikut yang aku foto ketika check in di The Cabin Hotel Gandekan


Overall, secara keseluruhan The Cabin Hotel recommended buat kamu yang mau traveling hemat di Jogja. Nilai plusnya lokasi The Cabin Hotel Gandekan ini sangat strategis dan dekat sekali dengan Malioboro, tinggal jalan kaki melalui Jalan Dagen yang terhubung langsung ke Jalan Utama Malioboro. Hotelnya pun nyaman dan bersih dengan fasilitas yang cukup baik. Jadi, buat kamu yang sedang atau mau mencari hotel murah dekat Malioboro di Jogja serta ingin bisa check in check out kapanpun, The Cabin Hotel Gandekan bisa jadi salah satu pilihan yang patut untuk dipertimbangkan.

Semoga tulisan ini bermanfaat yaa.. sampai ketemu di review hotel selanjutnya....

Wassalamualaikum bifellas...


Love,